Pemukulan Terhadap Pramugari Sriwijaya
Air
Kasus penganiayan terhadap pramugari
Sriwijaya Air (Nur Febriani) oleh pejabat Bangka Belitung Zakaria cukup
menghebohkan dikarenakan Nur Febriani menegur bapak Zakaria menggunakan hp pada
saat di pesawat.
Awalnya,
Febriani bersama teman-temannya yang satu set crew penerbangan SJ 078, akan terbang
dari Bandara Soekarno-Hatta ke Pangkalpinang. "Awalnya proses boarding dan
sebagainya tidak ada masalah, dan penumpang tersebut (Zakaria) duduk di kursi
12 E. Di emergency exit, kami sebagai pramugari melakukan briefing bagaimana
cara membuka jendela darurat saat emergency," kata Febriani.
Kemudian, teman
Febriani sesama pramugari, sempat menegur Zakaria untuk mematikan telepon
genggamnya, karena mau briefing. Saat itu, sampai dua kali teman Febriyani
menegur Kepala BKPMD Babel. "Tapi, penumpang tersebut berkata agak keras
sama teman saya. Setelah menyelesaikan proses briefing, teman saya sempat
report (melapor) kepada saya, bahwa dia meminta penumpang mematikan handphone.
Tapi, mungkin beliau (Zakaria) agak keberatan, karena mungkin punya kepentingan
dengan handphone tersebut," ungkapnya. Sampai akhirnya, pintu sudah
ditutup dan rekannya pun memberikan peringatan kepada seluruh penumpang, untuk
mematikan telepon genggam. Jadi, sudah ada dua kali pemberitahuan mematikan
telepon genggam. Kemudian, Febriani melakukan cabin check atau security check,
untuk memastikan semua penumpang sudah memakai sabuk pengaman, dan salah satu
kru mengingatkan penumpang mematikan telepon genggam untuk keamanan
penerbangan.
"Saat itu juga
masih ada yang menyalakan handphone, saya tegur, dan alhamdulillah tidak ada
respons negatif. Mereka mematikannya baik-baik, sampai akhirnya saya ketemu
penumpang itu (Zakaria)," tuturnya. Febriani tidak tahu bahwa Zakaria sudah
mendapatkan teguran dari temannya. Saat ditegur, Zakaria bukannya mematikan
handphone, malah marah-marah. Sang pramugari berperawakan tinggi, tak paham apa
kata-kata yang membuat Zakaria tersinggung. Padahal, ia sudah meminta Zakaria
mematikan handphone baik-baik.
"Saya cukup
sopan menegur dengan kata-kata maaf dan tolong untuk mematikan telepon
genggamnya," ucap wanita berambut panjang. Bukan disambut baik, Zakaria
malah menyorongkan handphone ke arah wajah Febriani, yang kaget bukan kepalang.
Kemudian, Febriani berkata kepada Zakaria, "Pak, dimatikan saja
handphonenya." Karena saat itu Febriani melihat Zakaria memegang sarung
handphone, ia pun meminta Zakaria memasukan handphonenya ke sarung handphone
yang dipegangnya. Tapi, Zakaria malah membalas kata-kata Febriani
"Handphone ini
sudah dimatikan!" Ucap Febriani menirukan kata-kata Zakaria saat itu. Febriani
pun kaget melihat wajah Zakaria yang penuh emosi saat berkata kepadanya.
Febriani lantas berkata, "Maaf, bapak kenapa kasar? Saya hanya mengingatkan
bapak untuk mematikan telepon gengam bapak." Febriani berpikir, saat itu
apa yang dilakukannya adalah hak, tanggung jawab, dan kewajibannya sebagai
pramugari. Saat hendak melakukan pengecekan kembali karena pesawat akan
mendarat, Febriani sempat berbicara kepada temannya, bahwa Zakaria masih marah.
"Tapi, saya cuma senyum sama dia. Saya sama sekali tidak menyangka akan
ada kelanjutan apa-apa lagi. Saya kira selesai sampai di situ," ucapnya.
Setibanya di
Pangkalpinang, Febriani bersama temannya yang juga menegur Zakaria, berdiri di
belakang untuk membantu penumpang yang akan turun. Zakaria saat itu turun
paling belakangan. Kemudian, Zakaria mendatangi Febriani dan marah-marah. "Jangan
kasar kamu, lain kali lebih sopan dan sebagainya," ungkap Fabriani mencoba
mengingat ucapan Zakaria.
Febriani dan temannya
hanya bisa kaget melihat kejadian itu. Tiba-tiba, Zakaria memukul pipi Febriani
dengan gulungan koran. Febriani lantas berusaha lari dan menjauhi Zakaria,
serta bermaksud menghubungi Kapten Erwin B, sang pilot. "Karena, apapun
yang terjadi di belakang, kapten dan seluruh kru harus tahu. Jadi, saya
berusaha meraih telepon terdekat. Tapi, bapak itu kayak menahan dan mendorong
saya. Setelah mendorong, dia pukul saya lebih kencang lagi, di arah telinga,
pakai koran yang digulung tadi," ungkapnya mengenang kejadian tersebut.
Saat dimintai
keterangan, Zakaria marah-marah dan sempat dilerai oleh kapten dan awak pesawat
yang lain. "Saya penumpang, saya raja, biar kapok dia. Saya beli tiket
pakai uang. Biar kapok, biar kapok, biar kapok!" ucap Febriani menirukan
kata-kata Zakaria.
Sungguh keterlaluan
tingkah laku para pejabat di negeri kita ini. Selalu mementingkan urusan
sendiri tanpa memikirkan keselamatan orang banyak. Sudah tau di dalam pesawat
sudah ada larangan dilarang mengaktifkan hp selama proses penerbangan karena
dapat mengganggu sinyal, namun tingkah pejabat kita yang satu ini sungguh
terlalu, sudah di ingatkan namun tidak terima.
Dimana moral para
pejabat kita sekarang. Saya mendukung pramugari karena tindakan dia sudah
benar. Wajar karena dia bertanggung jawab terhadap penumpang lain. Seharusnya hukum
di Indonesia itu harus lebih di kuatkan tanpa memandang bulu, jabatan maupun
yang lainnya. Yang salah di tindak tegas sehingga pelaku kapok serta supaya tidak
ada lagi yang berani melanggar peraturan yang sudah di tetapkan.
SUMBER
: