Total Tayangan

Minggu, 09 Juni 2013

Tugas 1 bulan ke 3 kewarganegaraan (FENOMENA)



Pemukulan Terhadap Pramugari Sriwijaya Air

            Kasus penganiayan terhadap pramugari Sriwijaya Air (Nur Febriani) oleh pejabat Bangka Belitung Zakaria cukup menghebohkan dikarenakan Nur Febriani menegur bapak Zakaria menggunakan hp pada saat di pesawat.
            Awalnya, Febriani bersama teman-temannya yang satu set crew penerbangan SJ 078, akan terbang dari Bandara Soekarno-Hatta ke Pangkalpinang. "Awalnya proses boarding dan sebagainya tidak ada masalah, dan penumpang tersebut (Zakaria) duduk di kursi 12 E. Di emergency exit, kami sebagai pramugari melakukan briefing bagaimana cara membuka jendela darurat saat emergency," kata Febriani.
Kemudian, teman Febriani sesama pramugari, sempat menegur Zakaria untuk mematikan telepon genggamnya, karena mau briefing. Saat itu, sampai dua kali teman Febriyani menegur Kepala BKPMD Babel. "Tapi, penumpang tersebut berkata agak keras sama teman saya. Setelah menyelesaikan proses briefing, teman saya sempat report (melapor) kepada saya, bahwa dia meminta penumpang mematikan handphone. Tapi, mungkin beliau (Zakaria) agak keberatan, karena mungkin punya kepentingan dengan handphone tersebut," ungkapnya. Sampai akhirnya, pintu sudah ditutup dan rekannya pun memberikan peringatan kepada seluruh penumpang, untuk mematikan telepon genggam. Jadi, sudah ada dua kali pemberitahuan mematikan telepon genggam. Kemudian, Febriani melakukan cabin check atau security check, untuk memastikan semua penumpang sudah memakai sabuk pengaman, dan salah satu kru  mengingatkan penumpang mematikan telepon genggam untuk keamanan penerbangan.
"Saat itu juga masih ada yang menyalakan handphone, saya tegur, dan alhamdulillah tidak ada respons negatif. Mereka mematikannya baik-baik, sampai akhirnya saya ketemu penumpang itu (Zakaria)," tuturnya. Febriani tidak tahu bahwa Zakaria sudah mendapatkan teguran dari temannya. Saat ditegur, Zakaria bukannya mematikan handphone, malah marah-marah. Sang pramugari berperawakan tinggi, tak paham apa kata-kata yang membuat Zakaria tersinggung. Padahal, ia sudah meminta Zakaria mematikan handphone baik-baik.
"Saya cukup sopan menegur dengan kata-kata maaf dan tolong untuk mematikan telepon genggamnya," ucap wanita berambut panjang. Bukan disambut baik, Zakaria malah menyorongkan handphone ke arah wajah Febriani, yang kaget bukan kepalang. Kemudian, Febriani berkata kepada Zakaria, "Pak, dimatikan saja handphonenya." Karena saat itu Febriani melihat Zakaria memegang sarung handphone, ia pun meminta Zakaria memasukan handphonenya ke sarung handphone yang dipegangnya. Tapi, Zakaria malah membalas kata-kata Febriani
"Handphone ini sudah dimatikan!" Ucap Febriani menirukan kata-kata Zakaria saat itu. Febriani pun kaget melihat wajah Zakaria yang penuh emosi saat berkata kepadanya. Febriani lantas berkata, "Maaf, bapak kenapa kasar? Saya hanya mengingatkan bapak untuk mematikan telepon gengam bapak." Febriani berpikir, saat itu apa yang dilakukannya adalah hak, tanggung jawab, dan kewajibannya sebagai pramugari. Saat hendak melakukan pengecekan kembali karena pesawat akan mendarat, Febriani sempat berbicara kepada temannya, bahwa Zakaria masih marah. "Tapi, saya cuma senyum sama dia. Saya sama sekali tidak menyangka akan ada kelanjutan apa-apa lagi. Saya kira selesai sampai di situ," ucapnya.
Setibanya di Pangkalpinang, Febriani bersama temannya yang juga menegur Zakaria, berdiri di belakang untuk membantu penumpang yang akan turun. Zakaria saat itu turun paling belakangan. Kemudian, Zakaria mendatangi Febriani dan marah-marah. "Jangan kasar kamu, lain kali lebih sopan dan sebagainya," ungkap Fabriani mencoba mengingat ucapan Zakaria.
Febriani dan temannya hanya bisa kaget melihat kejadian itu. Tiba-tiba, Zakaria memukul pipi Febriani dengan gulungan koran. Febriani lantas berusaha lari dan menjauhi Zakaria, serta bermaksud menghubungi Kapten Erwin B, sang pilot. "Karena, apapun yang terjadi di belakang, kapten dan seluruh kru harus tahu. Jadi, saya berusaha meraih telepon terdekat. Tapi, bapak itu kayak menahan dan mendorong saya. Setelah mendorong, dia pukul saya lebih kencang lagi, di arah telinga, pakai koran yang digulung tadi," ungkapnya mengenang kejadian tersebut.
Saat dimintai keterangan, Zakaria marah-marah dan sempat dilerai oleh kapten dan awak pesawat yang lain. "Saya penumpang, saya raja, biar kapok dia. Saya beli tiket pakai uang. Biar kapok, biar kapok, biar kapok!" ucap Febriani menirukan kata-kata Zakaria.
Sungguh keterlaluan tingkah laku para pejabat di negeri kita ini. Selalu mementingkan urusan sendiri tanpa memikirkan keselamatan orang banyak. Sudah tau di dalam pesawat sudah ada larangan dilarang mengaktifkan hp selama proses penerbangan karena dapat mengganggu sinyal, namun tingkah pejabat kita yang satu ini sungguh terlalu, sudah di ingatkan namun tidak terima.
Dimana moral para pejabat kita sekarang. Saya mendukung pramugari karena tindakan dia sudah benar. Wajar karena dia bertanggung jawab terhadap penumpang lain. Seharusnya hukum di Indonesia itu harus lebih di kuatkan tanpa memandang bulu, jabatan maupun yang lainnya. Yang salah di tindak tegas sehingga pelaku kapok serta supaya tidak ada lagi yang berani melanggar peraturan yang sudah di tetapkan.

SUMBER :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar